Optimalisasi TIK, Inventarisasi Peta Peran, dan Rekrutmen Berkualitas KPPS Berkualitas untuk Pemilu Serentak Lebih Baik
Abstract
Pemilu Serentak 2019 melahirkan dua masalah utama. Pertama, terjadi paradoksial situasi, ketika masyarakat yang terbiasa terlibat perluasan fungsi teknologi informasi komunikasi (TIK) justru mengalami keterbatasan dan ketidakakuratan inaccurate dari pemrosesan TIK data hasil pemilu. Kedua, kontradiksi anggaran terbesar sepanjang sejarah pemilu di Indonesia sebesar Rp25 triliun (naik 61% dari anggaran Pemilu 2014) serta anggaran pemilu terbesar ketiga di dunia, namun memunculkan korban jiwa terbesar sepanjang sejarah penyelenggaran pemilu di Indonesia sekaligus unperformed TIK.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencarikan solusi pada problematika serupa dalam pelaksanaan Pemilu Serentak berikutnya. Penelitian menggunakan metode penelitian studi deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data dilakukan berupa observasi partisipan serta telaah literatur dan dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, paradoksial situasi Pemilu Serentak 2019 terjadi karena KPU tidak mengoptimalisasi kemungkinan penggunaan perangkat keras maupun peranti lunak terhadap KPPS yang umumnya telah memiliki adopsi TIK yang baik. Karena itu, untuk pemilu berikutnya, keberadaan TIK yang terbukti menciptakan collective action di tingkat offline, harus dihadirkan secara konkret. Kedua, kontradiksi anggaran dengan munculnya korban jiwa terbesar dan unperformed TIK harus diantisipasi dengan inventarisasi peta peran serta kegiatan rekrutmen KPPS lebih berkualitas.